Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 Januari 2011

Teori Belajar Bahasa (resum Kapita Selekta)

Bacaan 2
BAB 1
TEORI BELAJAR BAHASA

Pengertian teori menurut Kerlinger yang dikutip Sapani (1998) adalah suatu himpunan pengertian atau konsep yang saling berkaitan yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala dengan jalan menetapkan hubungan yang ada diantara variabel – variabel dengan tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala – gejala tersebut.
Sedangkan pengertian teori belajar bahasa adalah teori mengenai bagaimana manusia mempelajari bahasa, dari tidak bisa berkomunikasi antar sesame manusia dengan medium bahasa menjadi berkomunikasi dengan baik. Kegunaan teori, termasuk didalamnya teori belajar bahasa yaitu
a) Menyempurnakan suatu praktik
b) Memperjelas sesuatu,membuat orang mengerti sesuatu
c) Dapat merangsang pengetahuan baru dengan jalan memberikan bimbingan ke arah penyelidikan selanjutnya.

Ada beberapa teori belajar yang akan dikemukakan di sini yaitu
A. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini, manusia adalah organisme yang dapat memberikan respon baik oleh karena adanya stimulus atau rangsangan yang nampak atau tidak. Respon tersebut diusahakan terus karena ada penguatan.
Dalam pelaksanaan di kelas metode audiolingual yang juga dipengaruhi strukturalisme menurut Moulton memiliki lima karakteristik kunci yang perlu dipertimbangkan jika mengajarkan bahasa yaitu
a) Bahasa itu ujaran bukan tulisan
b) Bahasa itu seperangkat kebiasaan
c) Ajarkanlah bahasa bukan tentang bahasanya
d) Bahasa adalah sebagaimana yang dituturkan oleh penutur asli bukan seperti yang dipikirkan orang bagaimana harusnya mereka berbicara
e) Bahasa itu berbeda – beda.
Beberapa prinsip behavioristik yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan pembelajaran bahasa Indonesia menurut Aminnudin (1996) sebagai berikut.
1) Dalam merencanakan program pengajaran guru harus secara jelas memperhitungkan hubungan antara materi pelajaran dengan isi pelajaran , bentuk latihan, bentuk keterampilan yang diharapkan, dan bentuk perubahan tingkah laku yang tampak secara konkret.
2) Perencanaan pengajaran harus ditata dalam unit – unit dalam urutan tertentu. Urutan itu harus menggambarkan urutan sederhana ke kompleks, mudah ke sukar, dan konkret ke abstrak.

B. Teori Mentalisme
Teori mentalisme merupakan kebalikan dari teori behaviorisme dimana teori ini lebih cenderung pada pembahasan yang bersifat batiniah. Menurut N. Chomsky (dalam sumardi, 1992:97) bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat dicapai melalui pembentukan kebiasaan karena bahasa terlalu sulit untuk dipelajari dengan cara semacam itu apalagi dalam waktu yang singkat.
Sementara itu ada beberapa pendapat kaum mentalis tentang pembelajaran dan pemerolehan bahasa yang dikutip oleh Sapani (1998:14):
a) Bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia
b) Perilaku bahasa adalah suatu yang diturunkan
c) Pemerolehan bahasa berlangsung secara alami
d) Pola perkembangan bahasa sama pada berbagai macam bahasa dan budaya
e) Setiap anak sudah dibekali dengan piranti penguasaan bahasa sebagai bawaan dari lahir
f) Aliran mentalis tidak setuju menyamakan proses belajar pada manusia dengan yang terjadi pada binatang
g) Belajar bahasa tidak sekedar latihan – l;atihan mekanistis melainkan lebih kompleks

C. Teori kognitivisme
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan penghubung antara pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman tentang materi baik berupa asimilasi maupun akomodasi. Sehingga pembelajaran bisa berjalan utuh dan bermakna.

D. Teori Konstruktivisme
Menurut pandangan teori ini (dalam Mulyasa, 2005:240) dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus aktif selama pembelajaran berlangsung; proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal,pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi tetapi melalui interpretasi; interpretasi selalu dipengaruhi oleh schemata( pengetahuan sebelumnya);interpretasi juga dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negoisasi pikiran; tanya jawab.
Implikasi dalam pandangan teori ini dalam pelajaran bahasa Indonesia menurut Aminuddin (1996) yaitu.
1) Perencanaan pengajaran harus dilandai pemahaman karakteristik proses berpikir siswa dalam mengolah, menghayati dan mengonseptualisasikan isi pembelajarannya.
2) Proses pembelajaran bahasa Indonesia bukan hanya ditujukan pada upaya pengembangan kemampuan berkomunikasi semata.
3) Pengorganisasian materi dan kegiatan pembelajaran, idealnya selain member peluang terjadinya pembelajaran secara individual juga harus memberi peluangterjadinya proses pembelajaran secara berkelompok
4) Materi pelajaran yang secara formal disajikan di sekolah bukan merupakan satu –satunya sumber isi pembelajaran.

E. Teori Fungsionalisme
Pandangan fungsionalisme dalam kajian linguistic sering disebut tata bahasa sistemik,relasional, maupun tata bahasa stratifikasi. Beberapa hal penting dari teori ini yang membedakan dengan teori lain yaitu :
1) Bahasa bukan sebagai gejala psikologis tetapi fakta sosial yang secara implicit mengemban penghayatan kehidupan sosial.
2) Bahasa bukan terwujud sebagai kalimat tetapi sebagai teks atau wacana
3) Sebagai teks, bahasa memiliki tiga tataran fungsi yang berhubungan secara sistematis yaitu fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual.
4) Siswa belajar berbahasa secara serempak juga disertai kegiatan mengenal, menghayati dan memahami kenyataan lain di luar fakta kebahasaannya.
5) Pemahaman bahasa bermula dari pemahaman penggunaannya
6) Belajar bahasa hakikatnya adalah belajar menggunakan bahasa sesuai dengan system dan kaidah sosialnya.

F. Teori Humanisme
Prinsip pandangan ini menganggap siswa sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Mereka memiliki minat, motivasi, pola piker dan gaya belajar yang berbeda. Sehingga pandangan ini lebih mengutamakan peranan siswa dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Prinsip – prinsip humanism menurut Aminuddin (1994:2) yaitu.
1. Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu
2. Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu
3. Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan



Bacaan 4

BAB II
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA

A. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah [andangan tentang hakikat belajar dan bagaimana mendorong proses tersebut agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal. Menurut Goodman(1986:72-73) WL menggunakan seperangkat asumsi dari empat landasan daar yaitu. Teori belajar, teori kebahasaan(asumsi kebahasaan), asumsi tentang pengajaran dan peranan guru,serta pandangan kurikulum pengajaran bahasa.

B. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah ancangan kebijaksanaan pengajaran dengan menyajikan bahan – bahan pelajaran secara terpadu yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak berdiri sendiri/terpisah – pisah. Adapun cirri – cirri pendekatan ini yaitu
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak
3. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
5. Bersifat luwes
6. Hasil pembeljaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
C. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Ciri pendekatan ini menurut Finoccaro dan Brumfit (dalam Sumardi,1992:100) yaitu
1. Kebermaknaan lebih penting disbanding struktur dan bentuk bahasa
2. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi bukan yang lain
3. Tujuan yang ingin dicapai yaitu kemampuan menggunakan system bahasa secara efektif dan betul
4. Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima menjadi tujuan utama yang ingin dicapai
5. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui isi, fungsi atau makna yang menarik.
6. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan metodologi
7. Penerjemahan dapat dilakukan bila dibutuhkan
8. Pencampuran kode bahasa ibu dapat dilakukan bila diperlukan
9. Dialog digunakan pada fungsi-fungsi komunikatifdan biasanya tidak dihafalkan
10. Bukan ucapan persis seperti penutur asli tetapi ucapan yang dapat dipahami
11. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan
12. Bahasa yang digunakan seringkali melalui trial and error
13. Guru mendorong siswa dengan cara apapun yang mendorong siswa menggunakan bahasa yang dipelajari.
14. Siswa diharapkan mampu berkomunikasi melalui kelompok baik secara lansung maupun melalui tulisan.

Bacaan 6
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDMENGGUNAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

A. Lingkungan sebagai sumber belajar BI di SD
Pembelajaran berbasis lingkungan yaitu sumber belajar yang tidak dirncang khusus tetapi dapt dimanfaatkan untuk member kemudahan dalam belajar mengajar, biasanya sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi lingkungan alam(sungai dll),sosial(keluarga,desa,dll),dan budaya(candi,adat istiadat). Sementara itu alasan mengapa lingkungan dipilih sebagi sumber belajar di yaitu
 Lingkungan merupakan sesuatu yang paling dekat dengan dunia siswa, sudah dikenal dalam kehidupannya sehari – hari
 Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya
 Lingkungan merupakan tempat nyata kehidupan anak sehingga diharapkan akan relevan dengan kehidupannya kelak.

B. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar secaraumum sebagai berikut.
a) Sumber belajar harus ekonomis
b) Sumber belajar harus praktis dan sederhana
c) Sumber belajar harus mudah diperoleh
d) Sumber belajar harus fleksibel

C. Tujuan Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar BI di SD
Arikunto (1990:4) mengungkapkan bahwa tujuan lingkungan dijadikan sumber belajar antara lain/;
1. Untuk mengefektifkan pembelajaran
2. Untuk membuat pembelajaran menjadi relevan baik dengan kebutuhan siswa, perkembangan anak,maupun dengan apa yang menarik minat anak
3. Agar pembelajaran menjadi efisien dan murah.


Bacaan 10
BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MENGGUNAKAN PERMAINAN

A. Pengertian Bermain
Bermain mengacu pada beberapa teori bermain yang dikemukakan para ahli seperti berikut ini.
1) Teori surplus energy. Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan penyaluran energi yang berlebihan.
2) Teori relaksasi. Teori ini menyatakan bahwabermain merupakan cara seseorang untuk menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi.
3) Teori preparasi atau insting menyatakan bahwa bermain merupakan suatu perilaku instingtif yang cenderung berdasarkan pada perkembangan anak dalam kehidupannya.
4) Teori evolusi kebudayaan
5) Teori pertumbuhan dan perkembangan menyatakan bahwa bermain merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuan anak
6) Teori penyaluran emosi menyatakan bahwa bermain merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan; bermain merupakan upaya pengendalian pengalamn – pengalaman yang menegangkan.
7) Teori kognitif menyatakan bahwa bermain merupakan suatu upaya asimilasi

B. Karakteristik Kegiatan Bermain
Beberapa karakteristik kegiatan bermain sebagai berikut.
1) Bermain dilakukan karena kesukarelaan
2) Bermain merupakankegiatan untuk dinikmati
3) Kegiatan bermain sudah menyenangkan meskipun tanpa iming – iming
4) Dalam bermain aktifitas lebih penting daripada tujuan
5) Bermainm menuntut partisipasi aktif, secara fisik atau mental
6) Bermain itu bebas bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan
7) Dalam bermain individu bertingksh laku secara spontan
8) Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.

C. Fungsi Bermain Dalam Pendidikan
Fungsi bermain diuraikan sebagai berikut.
a) Pengembangan Kognitif Bermain dan pengembangan kognitif erat kaitannya dalam permainan simbolik. Dalam bermain simbolik akan member kesempatan siswa untuk berfikir divergen dan belajar memecahkan masalah.
b) Pengembangan sosial. Bermain adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak karena akan mendorong anak berinteraksi sosial, mengatasi dan menentukan konflik,memecahkan masalah dll
c) Pengembangan Emosional. Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan seperti gembira, sedih dll.
d) Pengembangan Fisik. Bermain memberikan kesempatan untuk mengembangkan gerakan halus dan kasar.
e) Pengembangan bahasa. Melalui bermain siswa belajar bagaimana menggunakan bahasa secara nyata dan kontekstual.

D. Macam – Macam Permainan Bahasa
Permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu.
a) Bisik berantai
b) Kim Lihat
c) Aku seorang Detektif
d) Bartanya dan menerka
e) Baca Lakukan
f) Bermain telepon
g) Meloncat bulatan
h) Perjalanan dengan denah
i) Mengarang gotongroyong
j) Stabile kalimat
k) Kata dari wacana
l) Cerita berantai
m) Siap, Laksanakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar